-->

#6 Kekhawatiran - KNA_

Sebuah Kebohongan Nase Akari『KNA_』 COVER







" Sekarang kerjakan latihan soal tentang limit pada halaman 75, nanti dikumpulkan, itu nanti untuk tambahan nilai ujian akhir kalian... "

Nada suara yang keras seperti biasanya, mewarnai kelas yang sedang hening heningnya setelah kejadian yang cukup mendebarkan tadi.

Aku tak menyangka, bu molan bisa bersikap keras dan tidak mencerminkan seperti seorang guru pada Abdi.

Tapi, sebenarnya apa yang dia sedang pikirkan?
Kenapa saat ini aku begitu khawatir dengannya, apa yang sedang dilakukannya sekarang.

Pasti dia sangat terpukul dengan hal itu yang semakin menambah beban penderitaannya.

Tiap hari dia tenggelam dalam kesendirian, terkadang sampai mengacuhkan hal disekitar, apa yang orang lain nilai dari dirinya, seakan tidak ia hiraukan,
Dia seperti daun yang berguguran tertiup angin.. dirinya sangat rapuh dalam hal perasaan.

Saat itu, ketika teman sekelasnya sendiri pun mencibir dari belakang, Dan dia sedikit mendengar dari balik pintu, aku yakin ia berusaha dengan keras menghiraukan cibiran buruk tentang dirinya tersebut.

Tapi kenapa suasana ini, terasa tidak seperti biasanya, seperti ada hal yang membuatku takut.. takut akan kehilangan...

" Bu Molan, saya ijin ke toilet.."
Kenapa aku tiba tiba berdiri dan mulutku seakan lepas kendali... kenapa aku tiba tiba ingin ke toilet, apakah karena rasa takut yang tak tertahankan? Gelisah? Pikiranku tak tenang? Kenapa tanganku bergetaran... ada apa ini.. soalnya pun baru ku kerjakan setengah, tapi seakan akan aku ingin segera mengakhirinya.. ya mungkin memang harus menenangkan diri sebentar.

" soalnya sudah selesai? "
" Maaf bu, masih jadi setengah"
" baiklah kalau begitu.. silahkan! "

Akupun segera bergegas, aku rapikan buku dan pena diatas meja, lalu kulangkahkan kaki ku pelan agar tidak mengganggu yang sepertinya telah menjadi sedikit tenang..

Dengan hati hati ku pegang gagang pintu, kutarik pelan, bahkan sampai tak terdengar suara decit pintu yang terbuka sedikitpun.

" Nase!! "
Panggilan bu molan seakan dengan cepat menghentikan langkahku yang tinggal sejengkal lagi keluar dari kelas..
Akupun menengok ke arah guru yang memiliki perangai keras tersebut.

" Iya bu.."
" Ibu peringatkan ! Jangan lama lama! Kalau soal itu tidak selesai.. maka kamu tidak dapat nilai tambahan!! "

Ya begitulah bu molan.. selalu seperti itu, seakan akan sifat keras telah terpahat kokoh di kepribadiannya.

" Baik bu.."
Aku pun berpaling dan bergegegas ke Toilet yang tidak jauh dari kelas 2 C tapi agak berbelok dikit dari ujung lorong ini.

Suasana lorong yang begitu tenang, dengan hembusan angin disana dan sini yang saling berbaur, bunga bunga merah yang bermekaran di tepi lorong, pintu pintu kelas yang tertutup rapat, dinding dinding yang terlihat usang agak muncul sedikit retakan tetapi menarik karena terlihat klasik... dan suara guru mengajar yang terdengar samar ditelinga, menemani setiap langkah kakiku
Menjadi gambaran jelas... Inilah kehidupan di masa SMA.

Sesampainya di toilet.. akupun langsung menuju ke wastafel, dengan kaca di dinding yang terdapat sedikit retakan. Aku basahi tanganku, sedikit ku usap wajahku dengan air yang mengalir, sembari melihat kecantikan wajahku saat ini.

Terlihat di belakang ada 2 perempuan sedang bercakap cakap, sepertinya mereka hendak ke toilet..
Mereka seakan memiliki kepribadian yang berbeda, terlihat dari penampilan dengan perbedaan mencolok, satunya memiliki Rambut panjang terurai, dengan sifat feminim dan perempuan yang satunya lagi memiliki rambut pendek sepertinya agak tomboi. Tetapi kenyataannya mereka berdua cocok menjalin pertemanan..

" Kasihan sekali ya, anak kelas 2C itu.. sepertinya lukanya parah, aku sampai tidak kuat melihatnya.. jadi aku langsung saja ngajak kamu kesini.."
" Denger denger ia di hajar mati matian oleh sobar dan gengnya "
" Ya, si Sobar memang keterlaluan.. dia memang suka malak orang.. aku memang tak suka berandal seperti sobar dan gengnya itu "
" Tapi jelas ini udah diluar batas kemanusiaan, apalagi kita anak SMA."

Apa yang kudengar barusan, matakupun langsung terbelalak tajam, apakah yang mereka bicarakan itu Abdi, iya tak salah lagi itu abdi, anak 2C yang sedang diluar hanya abdi yang tadi di usir bu molan!

" Maaf, saya boleh tau dimana anak 2C yang kalian bicarakan tadi "

Secara tidak sadar, tubuhku langsung berpaling kebelakang.. ke arah mereka, dan pertanyaan itupun langsung keluar dari mulutku.

" e.. ia sedang terkapar di Masjid, beberapa guru dan tim medis dari PMR sedang menyelamatkannya.. mungkin kalau tidak berhasil, mereka akan minta bantuan rumah sakit membawa ambulan "

Perempuan berambut pendek itu dengan cepat menanggapi pertanyaanku, padahal kita tidak pernah kenal sebelumnya, terlihat perempuan berambut panjang disebelahnya agak malu malu..

" e... mbaknya anak 2C ya..?"
Mungkin sudah menjadi kepribadiannya yang malu malu, hanya itulah kata yang terucap darinya..

" Iya, aku temannya Abdi "
Akupun menjawab pertanyaan malu malu tersebut dengan sedikit tegas.

" Oh.. namanya Abdi.. padahal kelas kita bersebelahan.. kelas 2B tapi kenapa kita tak kenal ya.. "

Sudah ku duga.. sedikit orang yang mengenal abdi, bahkan tak ada..
air mataku pun tak sadar menetes sedikit demi sedikit,
Sebegitu parahkan keadaan yang dialaminya selama ini.

Orang orang di kelasnyapun hanya beberapa orang yang mengingat namanya. Yang lain mungkin hanya menghiraukannya.

" Terima Kasih atas informasinya "
Aku pun langsung menutup pembicaraan dan bergegas menuju ke tempat abdi berada..

Tampak wajah kedua perempuan itu agak sedikit kebingungan dengan tingkahku yang langsung berubah drastis.

Entah kenapa, ketika mendengar hal yang menyangkut keberadaan abdi dimata mereka itu terucap dengan kata dan sampai di kedua telingaku, seakan ada amarah terpendam yang muncul.

Akupun juga menghiraukan apa yang dikatakan bu molan untuk tidak lama lama di toilet.. karena saat ini pikiranku hanya tertuju pada Abdi.. bagaimana keadaannya? Apakah ia bisa si selamatkan? Ataukah hal yang lebih buruk dari itu.

Dengan sepatu sempit yang biasa dipakai perempuan, seakan menghambat langkah kakiku untuk berlari cepat.
Jelas saja, jarak kelas 2C dengan Masjid itu agak lumayan jauh.. dan harus melewati lorong tangga, ruang Guru, Ruang Uks, Ruang BP dan Ruang Redaksi majalah sekolah.

Jujur saja pikiranku saat ini tidak stabil, kekhawatiran yang memuncak, penyesalan dan ketakutan seperti teraduk jadi satu membuat dada ini berdebar, rasanya nafasku tersengal sengal saat berlari.

Saat aku mencapai ujung lorong, tepatnya setelah ruang UKS yang menuju ke jalan lingkar Sekolah, betapa mengejutkannya, campuran perasaan yang teraduk menjadi satu menekan pernafasanku seakan mulai meningkat tajam.. ketika aku melihat mobil ambulan dan para petugas PMR berlarian, seakan akan ada hal yang gawat dan mendesak.

A..Abdi... abdi.. apakah berakhir sampai disini.. apakah ini semua kesalahanku.. kenapa.? Apakah usahaku gagal sampai disini, kenapa semua jadi kacau seperti ini.. kenapa?? Gejolak batinku tak terbendung lagi..

Aku melepas sepatu yang memberatkan langkahku, aku jinjing keduanya, dan memacu langkah lebih cepat menuju ke arah masjid yang diiringi suara ambulan disana..







Keterangan :
Sudut Pandang telah berganti ke Nase Akari


^_^ yang belum baca chapter sebelumnya.. baca dlu ya.. biar nggak bingung ik.. 


Chapter 6 Kebohongan Nase Akari_
Chapter 5 Kebohongan Nase Akari_
Chapter 4 Kebohongan Nase Akari_
Chapter 3 Kebohongan Nase Akari_
Chapter 2 Kebohongan Nase Akari_
Chapter 1 Kebohongan Nase Akari_
Chapter 0 Kebohongan Nase Akari_

atau bisa Klik aja di bagian Trending Novel di Sidebar samping.. dengan Judul "Kebohongan Nase Akari_" soalnya sudah gue buat labelnya ya kk..